Man lam yataqaddam yataakhkhar, wa man lam yata’allam yataqahqar. Siapa yang enggan maju akan tertinggal, dan siapa yang tak mau belajar akan hancur.
Demikian makna dari petikan wejangan Sang Kiai yang selalu menginspirasi Rima Zuraida dalam menapaki kehidupan, terutama mengembangkan bisnis di dunia fashion.
Bagi Rima, nasihat Kiai Gontor yang selalu diulang-ulang saat ceramah, bermanfaat hingga sekarang karena sampai saat ini harus tetap maju dan banyak belajar, minimal belajar melihat keadaan, belajar mendengar banyak informasi sehingga tidak tertinggal. Terlebih dalam menjalani bisnis fashion muslimah ini.
Bagi perempuan kelahiran Malang, 23 Juni 1982 ini dunia bisnis sudah tak asing lagi. Sejak kecil, ia sudah melihat bagaimana orangtuanya menjalankan bisnis garmen, terutama sang ibunda alm. Hj Nurhidayati, istri dari H. Subandi.
“Saya bersyukur sejak kecil bisa memperhatikan nilai-nilai entrepreneur dari orangtua, terutama almarhumah ibu yang menjadi figur wanita pengusaha. Jadi, saya sudah tidak asing dengan dunia jual beli,” jelasnya kepada Majalah Gontor.
Sebelum menjalani bisnis, Rima pernah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Mantingan tahun 1994.
Saat mondok, Rima juga telah memperlihatkan talentanya dalam dunia seni, terutama fotografi. Setiap ada kegiatan pondok, maka ia kerap hadir mengabadikan momen acara tersebut.
Setelah tamat dari Gontor tahun 1999, Rima mencoba menggali ilmu agama lebih dalam lagi ke Kairo Mesir. Ia pun meyakinkan diri untuk mengambil jurusan yang tidak ringan, yaitu Syariah Islamiyah.
Alasannya, ia ingin mendalami perintah Allah dan Rasulullah dan berusaha memahami menjadi muslimah yang diridhai Allah SWT.
Setelah beberapa tahun di Mesir, Rima akhirnya balik ke Malang. Tahun 2004, ia mencoba menjalankan bisnis kecil-kecilan. ”Bisnis sambilan sambil momong anak, yaitu memproduksi sarung HP dari kain perca garmen.
Saat itu masih belum ada casing atau cover HP pabrikan. Alhamdulillah responsnya luar biasa dari konter HP se-Malang Raya. Pangsa pasar grosir,” kenangnya.
Rima melihat peluang produksi sarung HP itu masih belum banyak tergarap sehingga apa yang ia buat ternyata mendapatkan respons positif dari pasar. Selain bentuknya simpel, proses pembuatannya juga mudah. “Sayangnya hanya berjalan setahun karena bersifat sambilan,” ujar suami Yuanda Kusuma, Lc., M.Ag ini.
Seiring berjalannya waktu, tahun 2009 ibu dari tiga anak ini mendirikan bendera usaha bernama CV. Raturaja Suksesindo yang juga anak perusahaan dari usaha garmen orangtuanya.
Bisnis barunya ini lebih fokus untuk melayani pasar grosir. Selain grosir, ia juga menjalin kerjasama produksi dengan pemilik merek.
Namun, ada beberapa yang memakai merek sendiri. Kini, Raturaja memproduksi baju muslim anak dan dewasa, mukena, jilbab, dan lain sebagainya. “Barangkali para anggota Forbis Gontor ada yang mau buka usaha fashion dengan khas dan brand sendiri, mari merapat dan bersilaturahim,” ajak Rima.
Rima menyadari, dunia fashion harus selalu update informasi. Untuk itu, Rima memutuskan untuk belajar desain fashion.
Pada tahun 2013, ia pun melanjutkan belajar mendalami dunia desain fashion dan les menjahit terampil hingga mahir. Akhirnya, tahun 2016 Rima mendirikan brand sendiribernama Falasifa.
Hadirnya brand Falasifa ini untuk menunjukkan kualitas produk dan tes kemampuan serta menjaring konsumen yang dimulai dari produk kostum. “Mohon doanya, mudah-mudahan ke depannya bisa menyajikan produk siap pakai dan bisa membuka butik,” harap Rima.
Penggunaan nama Falasifa karena falasifa berarti filsafat. Jika dikaitkan dengan fashion, setiap warna dan desain itu mengandung makna yang menjadi gambaran orang tersebut. Untuk itu, Falasifa mengambil tagline: Falasifa Connect Your Personal Style.
Bukan seperti membalikkan telapak tangan menggeluti dunia bisnis fashion. Kendala utamanya adalah soal sumber daya manusia.
“Sudah dicari solusinya agar tidak mudah beralih, tetap saja datang silih berganti walaupun tidak semua seperti itu. Kendala lain saya rasa tidak ada, kalaupun modal uang tidak ada itu bukan kendala karena modal dengkul pun masih bisa jalan asal niat dan mau,” tegasnya.
Penggunaan nama Falasifa yang berarti filsafat jika dikaitkan dengan fashion, setiap warna dan desain itu mengandung makna yang menjadi gambaran orang tersebut. Untuk itu, Falasifa mengambil tagline: Falasifa Connect Your Personal Style.
Rima Zuraida
Untuk menjaring pasar, Rima menggunakan pendekatan pasar offline dan online. Kalau untuk garmen sistem makloon masih konvensional. Order langsung ke pusat grosir di Jawa Timur dan luar Jawa.
Sementara untuk retail dan grosir online, ia menggunakan beberapa media sosial untuk memasarkannya.
Ceruk pasar fashion ternyata cukup menggiurkan, tak heran jika Rima terus mengembangkan diri untuk menghadirkan produk yang berkualitas. “Pembeli mayoritas dari satu kota, ada beberapa dari luar kota, dan alhamdulillah saat ini sudah sampai ke Malaysia pasarnya,” ujarnya.
Bagi Rima, menjalankan bisnis harus didasari dengan kejujuran dan tanggung jawab. Karena itu, ia selalu mencoba meneladani Rasulullah dalam menjalani bisnisnya.
Karena pada diri Rasulullah ada contoh yang luar biasa, seperti nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan integritas tinggi.
Bagi Rima, kegiatan bisnis yang ia geluti ini tidak mengabaikan peran sebagai seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya.
Desain fashion dan garmen adalah pekerjaan. “Aktivitas pekerjaan saya banyak dilakukan di lingkungan rumah, jadi masih bisa mengawasi anak-anak. Tugas sebagai istri, ibu dan entrepreuner bisa dilakukan secara bersamaan,” ujarnya.
Sebagai ibu dan pengusaha, Rima berpesan bahwa manajemen waktu menjadi harga mati. “Yang terpenting, kita harus bisa mengatur waktu dengan baik. Menjadi apapun kita, syariah Islam harus tetap melekat dalam diri kita sebagai muslimah, dan itu sesuai dengan bidang yang saya pelajari selama ini,” tandasnya. FATHURROJI NK