Jakarta – Kamis, 14 Agustus 2025 menjadi momen istimewa ketika Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), Prof. KH Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., bersama Rektor Universitas Darussalam (UNIDA), Prof. Dr. KH Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., melakukan kunjungan silaturahim ke Paragon Corp, perusahaan manufaktur dan distribusi produk Wardah, Make Over, Emina, hingga Kahf. Turut mendampingi, Ketua Umum Forum Bisnis (Forbis) IKPM Gontor, Agus Maulana, beserta beberapa delegasi lainnya.
Founder Paragon, Bapak Subakat Hadi, yang saat ini berusia 76 tahun, langsung menyambut kehadiran rombongan Pimpinan Gontor. Beliau didampingi Salman Subakat, anak kedua, tamatan Teknik Elektro ITB, sebagai co-founder Paragon dan CEO Nurhayati Subakat Entrepreneurship Institute (NSEI), serta jajaran manajemen Paragon.
Kunjungan ini terasa istimewa. Paragon tahun ini merayakan usia ke-40, sementara Gontor baru saja menapaki usia seabad. Dua lembaga besar dengan latar berbeda, namun dipertemukan oleh nilai-nilai yang sama: kerja keras, disiplin, kesederhanaan, dan komitmen memberi manfaat seluas-luasnya bagi umat.
Paragon, yang didirikan oleh Nurhayati Subakat dan Subakat Hadi pada 1985, tumbuh dari usaha rumahan dengan enam karyawan menjadi raksasa industri kosmetik halal dengan lebih dari 14.000 karyawan di Indonesia dan Malaysia. Filosofi bisnisnya sederhana namun mendalam: memberi kemanfaatan lebih utama daripada sekadar mengejar keuntungan.
Nilai-nilai itu tercermin dalam berbagai program Paragon untuk pendidikan, pemberdayaan perempuan, UMKM, hingga penguatan generasi muda. Meski sukses besar, keluarga besar Paragon tetap rendah hati, sederhana, dan teguh menebar manfaat.
Gontor pun punya napas serupa. Sejak berdiri 100 tahun lalu, pondok ini telah melahirkan banyak pemimpin bangsa di berbagai bidang. Panca Jiwa Pondok Modern—Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, dan Kebebasan—menjadi fondasi pembentukan mental dan karakter santri.
“Salah satu rahasia kenapa Gontor bisa bertahan sampai di usianya yang 100 tahun adalah karena prinsip keikhlasan yang ditanamkan oleh pendiri sejak awal. Gontor diwakafkan oleh pendirinya secara total,” ujar Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi di hadapan jajaran manajemen Paragon.
KH Amal Fathullah Zarkasyi dalam sambutannya menambahkan, ada jejak sejarah yang mempertautkan Gontor dan Paragon: keduanya sama-sama memiliki akar di ranah Minang. Trimurti Pendiri Gontor, KH Imam Zarkasyi, pernah menimba ilmu di Sumatra Thawalib Padang Panjang pada 1930-an, sementara Nurhayati Subakat juga lahir dari keluarga Minang yang religius, pekerja keras, dan disiplin.
Paragon sendiri merumuskan Panca Nilai: ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan, dan inovasi. Nilai ini seakan beresonansi dengan ruh Panca Jiwa Gontor. Paragon berharap bisa seperti Gontor yang terus eksis di usianya yang satu abad, bahkan terus menebar manfaat yang lebih luas.
Silaturahim ini berlangsung hangat dan penuh harapan. Ketua Umum Forbis, Agus Maulana, menegaskan bahwa Forbis IKPM Gontor siap menindaklanjuti pertemuan ini dengan langkah-langkah konkret. “Kita ingin memperkuat kualitas SDM santri dan alumni dalam bidang kewirausahaan, edukasi produk halal, serta membangun jaringan bisnis umat yang lebih luas,” ujarnya.
Dua jalan yang ditempuh—pendidikan karakter ala Gontor dan inovasi bisnis ala Paragon—pada akhirnya bertemu dalam satu tujuan besar: menebar manfaat seluas-luasnya bagi umat dan bangsa.