Nilai transaksi perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia meroket sejak lima tahun lalu. Pada tahun 2014, nilai transaksi e-commerce sebanyak 25,1 triliun rupiah. Tapi pada September 2020, Bank Indonesia mencatat nilainya telah mencapai 180,74 triliun rupiah.
Seiring dengan perdagangan elektronik, istilah ‘marketplace’ kian populer. Khususnya bagi mereka yang terbiasa menjual dan membeli produk secara online. Tapi apa sih itu marketplace?
Pengertian Marketplace
Marketplace merupakan perantara antara pedagang dan pembeli dalam e-commerce. Sebagai perantara, marketplace menyediakan ruang untuk berjualan dan fasilitas transaksi. Sederhananya, marketplace itu toko online.
Jenis Marketplace
Secara umum di Indonesia, marketplace terbagi dua: Konsinyasi dan murni.
1. Konsinyasi
Jenis ini dapat juga disebut titip barang. Artinya, penjualnya hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi ke pemilik marketplace. Selanjutnya, pemilik marketplace akan mengurus penjualan dari foto produk, gudang, pengiriman barang, hingga fasilitas penyaluran transaksasi.
Oleh karena itu, pembeli tidak bisa menawar harga kepada penjual karena alur semua alur transaksi ditangani oleh situs marketplace. Salah satu contoh marketplace konsinyasi adalah Zalora dan Berrybenka.
2. Murni
Jenis marketplace ini hanya menyediakan ruang untuk berjualan yang disertai fitur pembayaran. Oleh karena itu, penjual di situs ini lebih leluasa dibandingkan konsinyasi.
Di sini, penjual yang menampilkan foto produk secara mandiri beserta keterangannya. Penjual juga bisa melakukan negosiasi harga dengan calon pembeli. Jika keduanya sepakat ihwal harga, pembeli memberikan uang via rekening yang disediakan dalam fitur marketplace.
Contoh marketplace murni yang berbasis di Indonesia ialah BliBli, Tokopedia, Blanja, Bukalapak, dan Elevenia. Di luar negeri, ada JD.ID (Tiongkok), Shopee (Singapura), Lazada (Singapura), Rakuten (Jepang) dan Amazon (Amerika Serikat).
Marketplace di Indonesia
Seiring dengan melejitnya nilai tansaksi online, penyedia marketplace pun bertambah banyak. Walhasil, persaingan untuk pengunjung sebanyak-banyaknya tak terhindarkan. Mulai dari persaingan kemudahan transaksi sampai potongan ongkos kirim.
Nah, berikut ini lima besar marketplace yang populer di Indonesia. Kelimanya merupakan marketplace berjenis murni.
1. Tokopedia
Marketplace ini didirikan oleh William Tanuwijaya pada 2009. Pada ulang tahunnya yang ke-10, Tokopedia menerima predikat marketplace terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan per bulan mencapai 137 juta.
Tokopedia juga masuk sebagai salah satu startup unicorn Indonesia atau startup dengan valuasi mencapai lebih dari 1 milyar dollar Amerika Serikat.
2. Bukalapak
Marketplace ini didirikan oleh Ahmad Zaky pada 2010 di Bandung, Jawa Barat. Pada awal 2019, Bukalapak mencatatkan 115 juta lebih pengunjung. Seperti Tokopedia, Bukalapak termasuk startup unicorn.
3. Shopee
Marketplace berbasis di Singapura ini mulai melebarkan sayap oprasionalnya ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sejak 2015. Tiga tahun kemudian, Shopee bertengger sebagai marketplace terbesar ketiga di Indonesia.
Kunjungan bulanannya mencapai 74 juta lebih. Popularitas marketplace di bawah naungan SEA Group ini tak lepas dari kampanye kreatif yang melibatkan selebritas internasional seperti bintang pemain sepak bola Cristiano Ronaldo.
4. Lazada
Marketplace ini pernah berjaya pada awal 2018. Ketika itu ia memiliki pengunjung terbanyak. Tapi sering berjalannya waktu, Lazada tampak kesulitan bersaing. Pada 2019, Lazada hanya dapat bertengger di peringkat keempat dengan jumlah pengunjung 52 juta lebih per bulan.
5. BliBli
Marketplace ini merupakan bersutan PT Global Digital Niaga, anak perusahaan dari Djarum. Blibli meraih peringkat kelima dengan jumlah pengunjung sebesar 32 juta lebih per bulan.
Beda Marketplace dengan Online Shop.
Istilah ‘online shop’ atau ‘toko online’ juga populer dalam e-commerce. Tapi toko online berbeda dengan marketplace.
Marketplace merupakan perantara yang menghubungkan para penjual dengan pembeli. Sementara toko online tidak memerlukan perantara seperti fungsi marketplace.
Dalam dunia toko online, penjual membuat situs lapak sendiri dan menjual produknya secara langsung kepada pembeli. Oleh karena itu, penjual toko online lebih mandiri dibandingkan para pedangang di marketplace.
Mereka membuat website, memasarkan lewat media sosial dan berinteraksi dengan konsumen secara langsung. Semua dilakukan secara mandiri.
Dengan demikian, toko online disebut berpeluang besar meraih keuntungan lebih banyak dibandingkan para penjual di marketplace. Apalagi, jika toko tersebut memiliki merek produk yang telah tenar. Di antara produk dengan merek terkenal memiliki toko online ialah Bukupedia, Babyzania, Rabbani, Bro.do dan Erigo Store,
Selain itu, toko online lebih mudah ditemukan dalam mesin pencari seperti Google. Manfaat ini diikuti oleh keuntungan lain karena 81 persen konsumen melakukan riset melalui mesin pencari sebelum membeli produk secara online.
Manfaat berikutnya ialah, seluruh pengelolaan toko online berada di bawah pengawasan Anda, bukan pihak lain. Tapi di marketplace, Anda setidaknya harus patuh pada perubahan kebijakan.
Nah, terakhir, jika mereka produk Anda semakin dikenali orang, kebutuhan pada toko online semakin dibutuhkan. Dengan demikian, para pedagang yang serius mengembangkan produknya pada akhirnya mesti membuat website resmi sendiri untuk penjualan produknya.