Ada tiga cabang usaha otomotif milik Agus Maulana di Subang, yaitu dua Autorice Dealer Bridge Stone dan satu Autoshop Dunlop. Usaha yang ia geluti sejak tahun 2000 ini melayani berbagai kebutuhan mobil, mulai dari ganti oli, ganti ban, spooring, balancing, variasi dan kebutuhan lainnya.
Sebenarnya Agus generasi kedua, melanjutkan bisnis orangtua yang merintis dari nol. Setelah pulang dari Gontor, awalnya ia ingin membantu meringankan beban orangtua. Tapi karena mengalir juga darah bisnis dalam dirinya sehingga membawa usaha ini semakin berkembang pesat.
Pria lulusan S2 ini juga pernah menjadi dosen, tetapi terpaksa berhenti karena sibuk berbisnis. Namun, kegiatan mengaji tak pernah berhenti. Dengan karyawan berjumlah 60 orang, Agus mentransfer nilai-nilai Gontor kepada karyawannya.
Ketua IKPM Subang ini memasukkannya pada saat meeting karyawan untuk membangun semangat kerja dan mengubah pandangan mereka tentang rezeki, kerja untuk beribadah, serta perlunya menyeimbangkan antara kerja dan peningkatan diri. “Ini secara bertahap kita transfer nilai-nilai Gontor,” ujar alumnus Gontor 1992 ini.
Bagi Agus, bisnis juga suatu ladang dan sarana untuk berdakwah. Setidaknya berdakwah kepada orang-orang di sekitar sehingga karyawan memiliki 4 hal yang harus benar-benar diterapkan pada dirinya. Pertama, semua karyawan harus mampu meningkat kemampuan skill dan tugasnya bekerja.
Sosok dengan pembawaan bersahaja ini sukses menggeluti bisnis otomotif dan toko ban di Subang Jawa Barat. Agus siap menularkan virus entrepreneurship yang dibangun puluhan tahun ke seluruh Indonesia melalui Forbis IKPM.
Kedua, meningkat secara kepribadian, seperti disiplin, kejujuran dan tanggung jawab. Ketiga, meningkat secara spiritual. Mereka ini bukan alumni pesantren, tetapi Agus berusaha meningkatkan spiritualnya, seperti berdoa ketika berangkat bekerja dan berdoa sebelum memulai aktivitas. “Itu dilakukan setiap hari dan setiap waktu,” ujarnya.
Keempat, meningkatkan ibadahnya, seperti shalat dhuha sebelum bekerja, membiasakan berinfak setelah mendapatkan rezeki, dan belajar berkurban di hari raya Idul Adha. Bagi Agus, itulah dakwah. Ia melakukan dakwah dari lingkungan terdekatnya, baru dengan skop yang lebih luas kepada masyarakat umum.
Tempat bekerja juga menjadi sarana untuk menularkan kepercayaan diri kepada karyawan dan memberikan motivasi positif. Dengan begitu, terbentuk komunitas yang saling mendukung dalam kebaikan. “Saya punya pergaulan di komunitas Bridgestone yang Alhamdulillah baik,” papar pria yang murah senyum ini.
Ia mengakui bahwa 80 persen pemain otomotif dari seluruh wilayah di Indonesia dikuasai orang non-Muslim. Seperti di Jawa Barat yang menjadi areanya, hanya ada 15 persen pengusaha Muslim, sementara 85 persennya non-Muslim. Padahal, hampir 90 persen pekerjanya adalah Muslim. Artinya, pengusaha Muslim bisa, tapi baru sampai level ini.
Karena itu, harus terus didorong semangat kewirausahaan Muslim. Agus mengakui, bisnis ini sarat dengan SDM, mulai dari pelaku bisnis, karyawan mekanik, dan administratif. Tak sedikit sudah menguasai teknik dan administratif, tapi keluar dengan berbagai macam alasan. Inilah yang sering mengganggu kelancaran operasional perusahaan.
Untuk itu, Agus menyiasati dengan memberikan jenjang karier dan tanggung jawab, mulai dari mekanik, kepala divisi, dan kepala cabang. Ini salah satu apresiasi dan diarahkan bagaimana kebutuhan dasar terpenuhi, seperti memiliki rumah, berangkat umrah, dan reward lainnya. “Kita wujudkan setahun sekali dan yang memilih karyawan,” paparnya.
Untuk mendapatkan reward tersebut tidak mudah. Karyawan harus memiliki kriteria, di antaranya skill yang baik, kepribadian, spiritual, dan leadership. Ini menjadi jalan masuk mengarahkan SDM lebih bermutu dan berkualitas. Akhirnya, akan berdampak pada kemajuan perusahaan.
Amanah Forbis
Meski acara silaturahim dan Lokakarya Nasional Pengusaha Alumni Gontor pada Peringatan 90 Tahun Gontor sudah berlalu (2/9), namun semangat pengabdian untuk pondok kian menggelora. Pasalnya, acara ini menjadi tonggak sejarah lahirnya Forum Bisnis Alumni Gontor di bawah Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM).
Agus Maulana yang memiliki pengalaman puluhan tahun di bisnis otomotif pun tak bisa menghindar untuk berkhidmat kepada pondok dan umat. Dengan ditetapkan sebagai formatur Forbis alumni Gontor, Agus siap menjalankan tugas sesuai Surat
Keputusan Nomor 38/PP-IKPM-j/ VIII/2016.
Agus menilai, semua alumni Gontor memiliki potensi yang cukup besar, baik yang menjadi pengusaha, PNS, dan pimpinan pondok. Untuk itu, Forbis akan menjalin kerja sama dengan pengurus IKPM di seluruh Indonesia. “IKPM Pusat meminta agar ikut merumuskan jaringan pengusaha alumni, maka saya menawarkan konsep Forbis ini,” paparnya.
Forum ini sebagai fasilitator terkait potensi alumni Gontor. Forum ini dibatasi tidak masuk pada bisnis praktis untuk menjaga keberadaan forum bisnis supaya tidak runtuh ketika ada yang tidak amanah. “Jadi, kita membatasi diri tidak masuk bisnis praktis, biarkan personal-personal itu yang melakukan bisnis praktis,” paparnya.
Forum ini hanya sebatas fasilitator bagaimana para alumni bisa saling mendeteksi potensi masing-masing. Minimal informasi melalui web dan sebagainya. Selain itu Forbis juga melakukan suatu edukasi, monitoring dan pembinaan rekan lain yang ketika akan berbisnis mengalami kendala.
Misalnya, tentang manajemen. Kita bisa mengundang pakar dalam forum ini. Di samping itu, Forbis ikut mengenalkan produk yang ada sehingga terbangun suplay–demand antar alumni Gontor. “Ketika akan tahu ada alumni yang bisnis angkutan, bisnis otomotif. Kita bukan PT, kita batasi karena ada kasusnya, makanya kita hindari,” paparnya.
Menurut Agus, anggota Forbis ini dapat mengakses profil para alumni yang akan dibuat dalam bentuk data personal dan data corporate. Data ini bisa seperti direktori atau yellow page Gontor dari A sampai Z ada semua. “Saya berencana bersinergi supaya teman-teman bisa memanfaatkan Majalah Gontor untuk advertising dan iklan produk,” paparnya.
Lahirnya Forbis ini sebenarnya sudah lama diharapkan IKPM Pusat. Dasar hukumnya ada dalam AD/ ART IKPM yang menyebutkan bahwa IKPM Gontor mengadakan kegiatan ekonomi. Selain itu ada amanah Mubes Ke-10 tanggal 19 April 2014 bahwa IKPM Pusat mendorong berdirinya usaha ekonomi di setiap cabang.
Untuk memulainya, Agus telah menemui beberapa alumni senior untuk meminta masukan dan memperkaya konsep. Harapannya, kesalahan di masa lalu tidak terulang lagi. Kalau pun ada hal positif, perlu diolah dan didorong agar menjadi program unggulan. “Jadi, kami sifatnya membantu Forbis ini sebagai organisasi resmi di bawah IKPM,” ujarnya.
Para alumni diharapkan bisa saling mendukung, menguatkan, dan membangun ukhuwah bisnis sehingga semakin banyak virus entepreneur yang menular. Prinsipnya, khidmat untuk pondok dengan segala keterbatasan. “Intinya, jangan sekali-kali memanfaatkan pondok, tapi berusaha selalu memberi yang terbaik, Insya Allah berkah,” pungkasnya. AHMAD MUHAJIR