Catatan ~Husain Sanusi

Kaderisasi Calon Pemimpin Ala Gontor; Dari PII Hingga OPPM

Kaderisasi Calon Pemimpin Ala Gontor; Dari PII Hingga OPPM Kaderisasi Ala Gontor

Forbis.id – Pada dekade 1950-an hingga awal 1960-an setelah kemerdekaan Indonesia, Gontor semakin menekankan pentingnya kaderisasi pemimpin umat dan bangsa.

Jaman itu santri Gontor diijinkan aktif terlibat dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).

PII adalah organisasi pelajar yang memiliki visi pembentukan generasi muda Islam yang intelektual, berkarakter, dan berwawasan kebangsaan.

Bukti keaktifan santri Gontor di PII bisa dilihat lewat foto-foto lawas yang menunjukkan kegiatan pengurus PII di Pondok Modern Gontor, seperti bagian keamanan, kesenian, dan olahraga.

Terdapat foto dokumentasi keberangkatan santri Gontor untuk menghadiri Kongres PII ke-VI dan PORAPI ke-I di Semarang pada 1956 menunjukkan keterlibatan aktif santri Gontor dalam kegiatan tingkat nasional.

Keterlibatan ini mengukuhkan Gontor sebagai salah satu penyumbang utama kader PII yang berkualitas.

Dalam kegiatan ini, santri Gontor tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga sering kali memegang peran penting dalam organisasi, seperti menjadi pemimpin sidang atau koordinator program.

Dalam foto lawas juga terlihat Bapak Pengasuh (Trimurti) hadir dalam berbagai kegiatan santri, termasuk acara-acara yang berhubungan dengan PII, menjadi bukti dukungan penuh pengasuh terhadap keterlibatan santri di organisasi ini.

Dukungan ini mencerminkan kepercayaan Gontor bahwa partisipasi santri dalam PII adalah bagian dari pendidikan karakter dan tanggung jawab sosial yang diemban oleh pesantren.

PII memiliki visi untuk menciptakan generasi muda Islam yang memiliki kepribadian Islami, wawasan kebangsaan, dan semangat pembaruan.

Nilai-nilai ini sangat selaras dengan filosofi pendidikan Gontor yang menekankan ukhuwah Islamiyah, pemikiran modern, dan kontribusi kepada bangsa.

Kolaborasi ini memperkuat misi Gontor untuk mencetak kader umat yang siap terjun ke masyarakat sebagai pemimpin.

Melalui PII, santri Gontor mendapatkan pengalaman kepemimpinan yang tidak hanya bermanfaat dalam lingkup pesantren tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Bagian keamanan, kesenian, dan olahraga di PII melatih santri dalam aspek organisasi, manajemen konflik, seni, dan olahraga—kemampuan yang sangat penting bagi pembentukan karakter pemimpin masa depan.

Pada masa awal dan perkembangan PII, organisasi yang didirikan pada 4 Mei 1947 di Yogyakarta ini secara prinsip berdiri independen, tetapi tidak dapat dilepaskan dari konteks politik dan sosial yang berkembang di Indonesia saat itu.

PII memiliki afiliasi ideologis yang kuat dengan Islam dan semangat pembentukan generasi muda Islam yang memiliki wawasan kebangsaan.

Meskipun secara resmi tidak menjadi bagian dari organisasi massa (ormas) tertentu, PII memiliki hubungan erat dengan beberapa ormas dan kelompok tertentu karena kesamaan nilai dan tujuan.

PII di masa jayanya tidak secara resmi berafiliasi dengan kelompok atau ormas tertentu, tetapi memiliki hubungan erat dengan Masyumi, Muhammadiyah, dan HMI karena kesamaan nilai dan tujuan.

Afiliasi ideologis ini menunjukkan bahwa PII adalah bagian penting dari gerakan Islam modernis di Indonesia, yang berkontribusi besar dalam pembentukan generasi muda Islam yang intelektual dan berkomitmen terhadap bangsa.

Sikap independen PII menjadi salah satu kekuatan utama yang memungkinkan organisasi ini tetap relevan dan inklusif di tengah dinamika sosial-politik Indonesia saat itu.

Namun pada tahun 1963, Pondok Modern Gontor memutuskan untuk tidak lagi berafiliasi secara formal dengan PII.

Keputusan ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor penting yang berkaitan dengan visi, nilai, dan arah pengembangan pendidikan di Gontor.

Sebagai gantinya, Gontor membentuk organisasi internalnya sendiri yang diberi nama Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) untuk mengelola kegiatan keorganisasian santri secara mandiri.

Keputusan Gontor keluar dari PII karena beberapa alasan diantaranya Komitmen terhadap Independensi Pendidikan.

Gontor, sejak awal, selalu menekankan independensi dalam pendidikan dan aktivitas santrinya.

Afiliasi dengan PII dianggap dapat membawa pengaruh eksternal yang berpotensi mengalihkan fokus santri dari pendidikan pondok yang berbasis nilai-nilai Islam universal.

Perbedaan Fokus dan Arah Gerakan, PII, sebagai organisasi eksternal, mulai terlibat dalam isu-isu sosial dan politik yang berkembang di Indonesia saat itu.

Hal ini tidak sejalan dengan tujuan utama Gontor yang ingin menjaga konsentrasi santri pada pembentukan karakter, kepemimpinan, dan spiritualitas dalam lingkungan pondok.

Pentingnya Organisasi Internal untuk Kemandirian Santri, Gontor merasa perlu membentuk organisasi internal yang lebih fokus pada pembinaan santri sesuai dengan nilai dan sistem yang diterapkan di pondok.

Hal ini melahirkan OPPM, yang dirancang sebagai laboratorium kepemimpinan dan manajemen untuk santri di bawah pengawasan langsung pondok.

Setelah memutuskan untuk keluar dari PII, Gontor membentuk OPPM sebagai pengganti organisasi eksternal.

OPPM pertama kali didirikan pada tahun 1963, dengan Melatih Kepemimpinan Santri.

OPPM dirancang untuk memberikan pengalaman kepemimpinan langsung kepada santri melalui pengelolaan berbagai bidang kehidupan pondok, seperti keamanan, pendidikan, kesenian, olahraga, ekonomi dengan penugasan di koperasi pelajar dan lain-lain.

Menanamkan Disiplin dan Kemandirian, Santri dilatih untuk menjalankan organisasi secara mandiri di bawah bimbingan para guru.

Ini mencerminkan semangat kemandirian yang menjadi salah satu nilai utama Gontor.

OPPM menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar-santri, melalui kerja sama dalam berbagai kegiatan organisasi yang tujuannya untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Dengan demikian, Independensi Pondok Modern Gontor semakin terlihat jelas.

Dengan tidak lagi bergabung dengan PII, Gontor dapat sepenuhnya mengontrol aktivitas santri tanpa intervensi dari organisasi eksternal.

Hal ini memungkinkan pondok untuk mengembangkan sistem yang unik dan sesuai dengan visi pendirinya.

Pembentukan OPPM juga memperkuat sistem internal Gontor dalam pembinaan santri.

Organisasi ini telah terbukti melahirkan banyak pemimpin yang berintegritas dan berkompeten di berbagai bidang.

Baik di era PII maupun OPPM, Gontor telah melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa dan umat yang punya kiprah luar biasa seperti KH. Idham Khalid, Letkol Hasan Basri, KH. Kafrawi Ridwan, KH. Hasyim Muzadi, Muhammad Maftuh Basyuni, Lukman Hakim Saefuddin, Hidayat Nur Wahid, AM. Fachir, Din Syamsudin, Husnan Bey Fananie dan sederet tokoh lainnya.