Perempuan menyimpan rahasia isi hatinya di kedalaman laut hingga ke dasar samudera terdalam.
Elizabeth Winslet
Kate Elizabeth Winslet, aktris cantik pemeran utama dalam film Titanic mengucapkannya untuk mendeskripsikan kisah romantisme asmaranya dengan Leonardo DiCaprio dalam film tragedi tenggelamnya kapal mewah Titanic.
Ungkapan tersebut saya kira ada benarnya, sehebat apapun seorang lelaki menyelami isi hati seorang perempuan pasti ada batasnya, lelaki harus putus asa memahami keseluruhan isi hati perempuan bahkan ketika lelaki telah menyelam hingga ke dasar samudera hati perempuan.
Alkisah dimulai dari perjuangan Ustadz Agus Maulana merintis pesantren Darul Falah di Cimenteng, Subang, Jawa Barat.
Tiga tahun lalu Ustadz Agus Maulana merencanakan pembangunan masjid pesantren Darul Falah untuk melengkapi fasilitas santri/santriwati selain daripada asrama, ruang kelas dan gedung pendukung lainnya.
Ketika itu Darul Falah belum punya masjid, Ustadz Agus mencoba mencari solusi penggalangan dana pembangunan masjid lewat saluran wakaf dari luar negeri diantaranya mencari wakaf dari Saudi Arabia, Qatar ataupun Uni Emirate Arab.
Dengan jaringan luas yang dimiliki Ketua Umum FORBIS IKPM Gontor ini, beberapa yayasan sudah ada yang mengunjungi Darul Falah, tapi belum ada titik terang dan hasil yang diinginkan.
Sampai pada satu titik Ustadz Agus Maulana dengan harapan dan tekad kuat mencoba memulai pembangunan masjid tanpa harus menunggu bantuan dari pihak luar. Walaupun belum ada uangnya beliau memberanikan diri bikin acara peletakan batu pertama.
Ada kejadian menarik saat acara peletakan batu pertama, usai menyampaikan sambutan di depan santri, walisantri dan undangan masyarakat sekitar tiba-tiba seorang ibu tua bernama Hj. Juju Juariyah berbisik lirih kepada Ustadz Agus Maulana, kira-kira isinya begini:
“Aa’ saya minta mikrofon” pinta Ibu Juju kepada Ustaz Agus Maulana. Dengan tergesa-gesa Ustadz Agus tidak berani menolak permintaan tersebut sebab yang meminta adalah Ibu kandungnya.
Dalam sambutannya, Ibu Juju menyampaikan beberapa hal diantaranya, Alhamdulillah Ibu sangat bersyukur masjid ini memulai pembangunan yang gambarnya dibikinkan oleh Pak Ariston, seorang arsitek yang rela tak dibayar dan wakaf gambar masjid. Ibu sangat bersyukur dan terharu dengan wakaf desaign tersebut.
Untuk itu, pada kesempatan berbahagia ini Ibu ingin juga memberi “jimat” dengan memberi DP uang sebesar 500 ribu rupiah, Kata Ibu Juju di depan hadirin.
Mendengar sambutan Ibu Juju yang diakhiri akan menyumbang sebesar Rp. 500 ribu, Ustadz Agus Maulana bergumam dalam hatinya.
“Terus terang saya sebagai anak ke orang tua, ibu ini ngapain sih mau nyumbang 500 ribu minta mikrofon segala? pakai acara diumumkan lagi,” kata ustadz Agus dalam hatinya.
Wajar bila Ustadz Agus menggerutu dengan angka sumbangan yang hanya sebesar Rp.500 ribu sebab RAB pembangunan masjid seluas 500 meter tersebut diperkirakan akan menelan dana kurang lebih 1 Milyar Rupiah.
Singkat cerita, Sang Ibunda pulang usai acara peletakan batu pertama masjid Darul Falah. Ustadz Agus Maulana masih berada di Pesantren Darul Falah.
Tiba-tiba handphone Ustadz Agus berdering setelah dilihat yang menelpon ternyata ibundanya.
“Aa’, Mama tadi bilang mau nyumbang berapa? eh salah, Mama mau nyumbang 500 juta rupiah,” kata Ibu Juju dalam telponnya.
Seketika Ustadz Agus Maulana terperanjak kaget antara percaya dan tidak tapi sekaligus bersyukur.
Kaget tak percaya Ibundanya salah sebut angka, dan bersyukur dengan nominal 500 juta rupiah, artinya 50 persen dari biaya pembangunan masjid sudah terpenuhi.
Pernyataan sang Ibunda juga membingungkan sebab setau Ustadz Agus Maulana, ibu ini dalam kehidupan rumah tangga orang tua Ustadz Agus Maulana tidak pegang uang yang pegang uang bapak beliau.
Artinya Ibu ini punya simpanan uang yang dikasih bapak, pemberian dari suami yang selama ini disimpan, dikumpulkan dari waktu ke waktu lalu setelah jumlahnya banyak diwakafkan untuk pembangunan masjid.
Atas ijin Allah SWT, melihat sepak terjang sang istri, Ayahanda Ustadz Agus Maulana akhirnya menggenapkan wakaf pasangan suami istri ini menjadi 1 Milyar rupiah.
Masjid Pesantren Darul Falah akhirnya berdiri kokoh dan megah untuk ukuran sebuah masjid di sebuah perkampungan dengan letak geografis lembah pegunungan.
Pembuatan kubah masjid dikerjakan oleh seorang alumni Gontor yang pakar di bidang pembuatan kubah, granit diambil dari yang terbaik hingga akhirnya menelan biaya jadi 2 Milyar rupiah.
Masjid Darul Falah diresmikan pada 8 Januari 2021 oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal, yang sangat gembira melihat masjid tersebut.
Masjid diberi nama Masjid Al-Hamid diambil dari nama Ayah Ustadz Agus Maulana atas persetujuan sang Ibunda Juju sebelum meninggal dunia pada tahun 2023.
Pada hari ini pada 28 Agustus 2024 tepat satu tahun meninggalnya Ibu Hj Juju Juariyah yang dimakamkan tepat di samping masjid Al-Hamid.
Sebelum meninggal dunia, Ibu Juju yang setia menemani sang suami dari profesi tukang tambal ban hingga kini menjadi korporasi otomotif sangat perhatian dalam hal wakaf dan support pesantren dengan cara beliau yang sulit ditebak hingga ke dasar samudera sanubarinya.
Hari-hari jelang wafatnya, Ibu Juju sempat umroh dalam kondisi kurang sehat, tapi perjalanannya ke Tanah Suci lancar hingga kembali ke tanah air.
Beliau juga sempat napak tilas ke Gontor silaturahim ke Bu Nyai Syukri Zarkasyi dan sempat diajak keliling ke Pesantren Anak Soleh (PAS) binaan Bu Syukri.
Ibu Juju juga mengunjungi cucu laki-lakinya di Kampus Gontor Putra 1 dan cucu lainnya yang sedang belajar di Pesantren Al-Muqoddasah.
Beliau juga sempat dipertemukan dengan Kyai Hasan Abdullah Sahal bersama dengan Ibu Hasan setelah salat Jumat di Gontor.
2023 berkunjung ke Gontor rupanya beliau pamitan ke lembaga pendidikan yang telah berjasa mendidik putra dan cucu-cucunya dengan harapan menjadi generasi pejuang umat.
Tidak lama setelah itu Ibu juju dirawat di RS Bandung dan meninggal dunia. Satu tahun sejak meninggal Ibu Juju terlihat sangat sibuk dengan urusan keumatan.
Beliau dengan segala keterbatasannya jauh dari kata mengerti tentang ilmu perwakafan namun beliau punya doa dan inisiatif yang baik, dari salah ngomong, wakaf pembebasan lahan asrama hingga wakaf untuk tanah pemakaman.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan dia beramal”. Hadis Riwayat Ahmad dan Al Hakim.
Semoga Allah menerima amal jariyah Ibu Hj. Juju Juariyah. Amin.