Forbis.id – “Kalo tidak ada pandemi Covid berkepanjangan, mungkin saya belum lunas hutang bank sampai saat ini” begitu ungkap Saefudin, alumni gontor tahun 99 akhir, asal Blitar yang saat ini menetap dan mempunyai bisnis di Bali. Saya berkesempatan ngopi bareng pengusaha travel agent ini dipinggir pantai Kuta, tepatnya di samping Hotel Tribe Kuta.
Disaat banyak orang yang tumbang, jatuh berguguran, bahkan bisnisnya gulung tikar karena pandemi Covid, saat ini bisnis Saefudin justru tumbuh dan berkembang. Bahkan saat ini bisnisnya sudah berjalan dengan sistem dan management dan team yang mandiri. Kok bisa? Padahal bisnis yang digelutinya adalah bisnis pariwisata, sektor yang sangat terpukul saat pandemi, apalagi di Bali.
Dua tahun masa pandemi merupakan masa yang sangat sulit buat Saefudin. Sumber pemasukan yang selama ini mengalir, tiba-tiba terputus total. Tidak ada tamu, tidak ada kunjungan, tidak ada pemesanan hotel, mobil dan semua yang berkaitan dengan pariwisata. Bisa dibayangkan bagaimana kondisinya. Roda bisnis yang selama ini berjalan normal, tiba-tiba stop. Sementara biaya hidup, operasional perusahaan dan kewajiban usaha seperti hutang dan cicilan bank, tetap berjalan.
Sampai akhirnya datang suatu peristiwa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Asset rumah yang baru selesai dibeli dan dibangun, akan disita oleh bank. Karena Saefudin tidak bisa menyelesaikan kewajiban hutang dan cicilan bank. Seketika langit seperti runtuh. Sudah jatuh tertimpa tangga. Bagaimana mungkin, bisnis yang selama ini dirintis dan sudah berjalan, tiba-tiba dihadapkan pada situasi kritis seperti ini. Saat itu Saefudin sudah hidup mapan dan berkecukupan. Namun situasinya saat itu sungguh sangat berbeda.
Disinilah jiwa dan militansi Saefudin muncul. Terus berfikir dan berusaha memutar otak bagaimana agar bisa survive, bertahan dalam situasi sesulit apapun. Ketika di Gontor, Saefudin mendapat tugas sebagai qismul makinah, bagian diesel, yang terbiasa kerja keras dan dalam tekanan yang cukup berat. Bismillah. “Saya harus survive dan bangkit, tidak boleh kalah dengan tantangan dan keadaan” begitu tekadnya.
Saefudin ingat sebuah pelajaran mahfudhat yakni Idza Sodaqol Azmu, Wadhohas Sabil : jika ada kemauan yang sungguh-sungguh, terbukalah jalannya. Perlahan Allah tunjukkan jalannya, dibimbing step-stepnya. Saefudin diperkenalkan pada sebuah komunitas Camp Bebas Riba (CBR) yakni sebuah komunitas sosial yang berpusat di purwokerto, yang fokus membantu sesama muslim dalam melepaskan diri dari jeratan hutang bank.
Dengan bimbingan rekan-rekan di CBR ini, Saefudin menyelesaikan masalahnya terkait dengan lilitan hutang bank ditengah situasi usaha yang lumpuh akibat pandemi. Semua dihadapi dengan penuh rasa tanggungjawab. Dilakukan pendekatan yang kooperatif dengan pihak bank, melakukan negosiasi, restrukturisasi dan solusi lainnya dalam penyelesaian hutang. Sampai akhirnya hutang yang awalnya berjumlah hampir 1.5 Milyar, dapat dilunasi dengan 800 jutaan tanpa bunga dan berbagai denda lainnya. Aset yang ada direlakan untuk dijual, yang penting hutang lunas terbayar. Inilah moment yang paling membahagiakan bagi Saefudin, bisa lepas dari hutang bank ditengah situasi bisnis yang tidak baik.
Sampai disitu selesai ? Ternyata tidak. Saefudin harus memulai lagi dari nol. Maka, ditengah kondisi bisnis pariwisata yang mati akibat pandemi, dia mencari peluang lain. Saefudin rela keliling kampung untuk menjajakan sayuran ke rumah-rumah penduduk sekitar. Tidak ada rasa gengsi atau malu. Dulu keliling kota pakai mobil mewah, Saefudin kini keliling mendorong gerobak, menjajakan sayuran dan kebutuhan harian penduduk dari rumah ke rumah. Semua dijalani dengan semangat dan tekad kuat untuk bisa bertahan dan bangkit kembali. Saat ini bisnis sayuran yang dirintisnya sudah didelegasikan ke istrinya dengan mengembangkan beberapa outlet sayuran dan bahan kebutuhan pokok lainnya.
Di saat bisnis pariwisata mulai menggeliat lagi, Saefudin harus memulai dari nol. Perlahan namun pasti, bisnisnya tumbuh. Setelah bebas hutang, ada banyak perubahan yang sepertinya dibimbing oleh kekuatan yang diatas. Diantaranya Saefudin melakukan sinergi dan kolaborasi bisnis dengan pihak lain. Selama ini sudah bekerjasama tapi belum merger. Apa yang didapatkan dari merger ini? Bisnis pariwisata yang dijalaninya mendapatkan suntikan sistem dan management yang lebih rapih. Hal ini sangat penting, karena selama ini pengelolaan usahanya masih mengandalkan personal, bukan team dan sistem.
Jika anda ke Bali, akan sangat mudah mendapatkan kantornya. Nusantara Tour and Travel Bali. Terletak persis di perempatan lampu merah pintu keluar Bandara Ngurah Rai Bali. Tepatnya di Jalan Raya Tuban No.01 Kec Kuta Kab Badung Bali, depan patung kuda. Perusahaan ini Melayani international and domestic flight ticket, hotel and villa reservation, sewa kendaraaan, paket wisata group, personal maupun privat, money changer dan lainnya.
Banyak aspek bisnis yang terus dibenahi. Mulai dari finance yang meliputi pembukuan usaha, pengelolaan yang profesional dan membangun team yang solid, legalitas usaha yang sudah berbentuk PT, marketing dan pelayanan yang terus ditingkatkan. Mayoritas tamu yang dihandle perusahaannya adalah tamu dari midle east seperti arab saudi, kuwait, qatar dll.
Bagi para alumni, wali santri dan keluarga besar gontor yang berkunjung ke Bali, dapat mencoba untuk memakai jasa pelayanan kebutuhan perjalanan mulai dari Tiket, Hotel, Kendaraan, Destinasi Wisata dan Destinasi Kuliner melalui Nusantara Tour and Travel Bali. Kontak di 0361-4756426 atau di 0821-4628-0837. Bisa juga kirim via whatsApp: ke +6282146280837 atau +6285748388871. Untuk kontak person Saefudin bisa dilihat di website forbis.id