Yogyakarta, FORBIS – Meski relatif lamban melirik industri halal, tetapi secara meyakinkan Indonesia terus menggenjot sektor industri halal untuk dapat bersaing secara global, bahkan presiden Jokowi menargetkan Indonesia menjadi kiblat Industri halal dunia di tahun 2024.
Menurut Dr. Ika Yunia Fauzia dalam webinar Menakar Kontribusi Pengusaha Alumni Gontor dalam Membangun Industri Halal di Indonesia yang diselenggarakan FORBIS IKPM Gontor Cabang DI Yogyakarta, Selasa 30 November 2021 mengatakan “Dalam rilis State of the Global Islamic Economy Report, di tahun 2018 – 2019 Indonesia tidak masuk top 10 countries di sektor halal food, padahal Indonesia mayoritas beragama Islam.”
“Kemudian di tahun 2019 – 2020, indonesia juga belum mampu menembus top 10 countries di sektor tersebut, baru tahun 2020 – 2021 Indonesia langsung menembus peringkat 4 dunia.”
Ini menunjukan bahwa Indonesia sangat serius mengembangkan industri halal untuk menjadikan Indonesia menjadi pusat halal dunia.
Terbukti dengan dibentuknya KNEKS atau Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah yang dipimpin langsung oleh presiden RI.
“Komite ini dipimpin langsung oleh bapak presiden RI dan ini sangat mengawal ekonomi syariah yang di dalamnya ada industri halal” tutur Dr. Ika.
Ada 6 sektor setidaknya yang menjadi Indikator dalam penilaian ekonomi Islam global, sektor makanan halal, keuangan syariah, wisata halal, fashion, kosmetik dan media.
“Jika mengutip data FORBIS IKPM Gontor yang mengatakan bahwa ada 36,6% anggotanya sebagai produsen, maka ini potensi yang besar untuk pengusaha alumni gontor untuk turut andil dalam perhelatan industri halal nasional maupun global,” tutur Ika, yang menyelesaikan S1-nya di Universitas Al-Azhar Kairo.
Menurutnya, alumni gontor harus berani mensertifikasi produknya sebagai produk halal dan itu menjadi value lebih bagi sebuah produk.
“Meski kadang sering dibuat sebagai joke, kulkas kok ada label halalnya, makanan kucing ada label halalnya, tetapi dunia industri internasional melihat bahwa ini penting dan mau untuk mensertifikasi bahwa produknya benar-benar halal, baik dari sisi pendanaan maupun proses produksinya,” lanjut Ika.
Dr. Ika menyarankan bahwa dengan network alumni Gontor yang sangat besar, pengusaha alumni Gontor seharusnya bisa menemukan ciri khas sebagai identitas sehingga mudah dikenali.
“Banyak pesantren di Indonesia mulai mengarah ke pesantrenpreneur, meski Gontor bukan pesantrenpreneur tetapi mencetak banyak alumninya sebagai interpreneur, dan ini jejaring atau network yang sangat besar dan mahal sekali.” Tutup Dr. Ika Yunia Fauzia. (WSG)