Usaha Terus Berjalan, Pemiliknya Jalan-jalan

Usaha Terus Berjalan, Pemiliknya Jalan-jalan Foto Ilustrasi - Forbis

FORBIS.ID– Dalam perjalanan pulang dari Cianjur, telephone saya berdering. Ternyata dari salah seorang anggota Forbis asal Lampung. “Assalamualaikum ustadz Agus, apakah saya mengganggu?” Sapanya. “Saya ingin sedikit konsultasi boleh?” lanjutnya. “Wa alaikum salam, ahlan ustadz, monggo dengan senang hati, kebetulan saya lagi santai dalam perjalanan” jawab saya.

“Begini ustadz….” Sahabat saya mulai bercerita. Akhir-akhir ini saya risau dan galau. Selama ini saya mengurusi seluruh proses usaha saya dari A sampai Z sendirian.

Kebetulan saya bisnis bidang angkutan, yakni truck. Saya memulai usaha dari nol. Mulai dari punya satu truck sampai kemudian Alhamdulillah punya puluhan truck.

Saya mengurusi semua dari urusan ganti pentil ban, urusan orderan, supir, keuangan dan semuanya. Akhir-akhir ini saya kok merasa kewalahan ya, waktu tersita habis untuk mengurusi usaha ini. Belum lagi kalo ada masalah atau problem.

Bahkan Sebagian armada saya jual karena tidak terurus, kini tersisa sekitar 25 mobil saja. Saya sempat berfikir, apa saya cari bisnis lain atau peluang lain ya, biar lebih santai dan rileks. Mohon pandangan antum, gimana sebaiknya”.

iklan google

Setelah mendengarkan curhatannya, saya mulai memberikan pandangan. “Hampir bisa dipastikan, sebuah usaha tidak mungkin berkembang besar jika dikelola sendiri”.

Kita hanya punya dua Kaki, tangan kita hanya dua, diri kita hanya satu, tidak mungkin bisa hadir di beberapa tempat secara bersamaan. Sementara persoalan yang kita tangani semakin kompleks. Pasti akan ada keterbatasan jika semua dikerjakan dan dikelola sendiri.

Banyak orang yang sukses merintis usaha, membesarkan usahanya sampai pada satu titik keberhasilan tertentu. Namun dia lupa untuk membangun system, membangun team.

Entah karena lupa atau keasyikan dengan perkembangan usahanya yang selama ini baik-baik saja Ketika dikerjakan sendiri. Sampai pada titik tertentu dimana ketergantungan pada dirinya justru menjadi persoalan.

Seorang pebisnis sejatinya adalah seorang yang dituntut untuk bisa membangun system dan team. Sehingga bisnisnya berjalan dengan system yang dibangun dan dikerjakan oleh team yang dipersiapkannya. Dan itu harus dimulai sejak awal.

Sejak bisnis itu dimulai dan dibangun. Awalnya bisa jadi team itu hanya kita sendiri. Tapi kita sudah mulai memetakan peran-peran yang berbeda pada situasi yang berbeda.

Kapan kita berperan sebagai seorang owner perusahaan, suatu saat kita berperan sebagai seorang manager yang mengatur seluruh operasional perusahaan. Kapan lagi kita berperan sebagai bagian keuangan, menjadi marketing, atau menjalani tugas sebagai seorang penanggungjawab masalah perawatan kendaraan.

Ketika usaha kita semakin berkembang, maka pastinya ada kebutuhan terhadap tenaga kerja atau SDM yang dapat membantu kita dalam menjalankan hal-hal yang bersifat teknis dan operasional harian.

Disinilah kita mulai memetakan SDM tersebut sesuai kebutuhan dan mengisi posisi-posisi yang kita anggap sudah saatnya pendelegasian pekerjaan.

Begitu seterusnya sampai kemudian semua aspek-aspek penting dalam perusahaan dipegang oleh team dan bekerja menurut system yang kita bangun.

“Energi antum selama ini habis untuk mengurusi hal-hal teknis, sehingga tidak ada energi lagi untuk berfikir hal yang strategis” Tukas saya yang diamini oleh sahabat saya.

Sebenarnya kita mempunyai suatu keistimewaan, yakni sebagai seorang memulai usaha dari nol, menjalani semua aspek dalam operasional usaha, kita menjadi sangat memahami dengan detail setiap hal yang ada dalam usaha kita.

Namun penguasaan kita terhadap persoalan tersebut tidak dilanjutkan dengan membangun system dan team. Berhenti dan bertumpu pada diri kita. Ini persoalannya.

Tidak ada kata terlambat untuk berbenah. Justru kesadaran antum saat ini adalah menjadi sebuah titik tolak untuk membangun fase berikutnya dalam bisnis.

Tidak perlu mencari peluang atau bidang bisnis lain. Antum sudah sangat menguasai bisnis ini, terbukti bisa bertahan dan berkembang. Yang harus kita lakukan saat ini adalah mulai membangun system dan team berdasarkan pengalaman yang selama ini dijalani sendiri.

Setelah mempunyai kesadaran dan mindset yang tepat terkait pentingnya membangun system dan team dalam bisnis kita, selanjutnya kita mencari role model atau rujukan, perusahaan yang sejenis dengan kita yang kita anggap berhasil dan sukses menjalankan system dan teamnya.

Hal ini untuk mempermudah dan mempercepat (short cut) Langkah-langkah yang perlu dijalankan. Pakailah prinsip ATM yakni Amati, Tiru, Modifikasi.

Kita belajar dari perusahaan-perusahaan yang masih eksis bahkan semakin maju, kendatipun sudah berganti generasi. Karena mereka berhasil membangun system dan team.

Paling tidak untuk saat ini, ketika usaha kita sudah dijalankan berdasarkan sistem management yang tertata, dijalankan oleh team yang kita bangun, maka, usaha kita akan terus berjalan, sementara pemiliknya bisa jalan-jalan. Kita tidak selalu sehat, suatu saat kita juga akan meninggal.

Banyak usaha yang berhenti atau gulung tikar ketika ownernya meninggal, karena tidak ada yang melanjutkan atau generasi yang melanjutkan tidak memiliki kemampuan menjalankan bisnis.

Maka, sambil menjalankan bisnis dari awal, jangan lupa kita harus membangun sistem dan team untuk masa depan yang lebih baik. Biarkan bisnis kita berjalan, sementara kita bisa jalan-jalan. Jalan-jalan untuk menebar manfaat dan kemaslahatan yang lainnya.

Ditulis oleh: Agus Maulana

Ketua Umum FORBIS PP IKPM Gontor, alumni Gontor tahun 1992 dan sebagai pemilik bisnis bengkel Agus Lio Ban di Subang